Oleh: AnneAhira.com Content Team
Daerah operasi militer, rawan konflik, wilayah perang. Eits, nanti dulu. Itu sebelum terjadi perjanjian damai di Helsinki, Finlandia. Aceh sekarang mulai membangun peradaban kembali. Kepercayaan diri sebagai warga Islami mulai dikuatkan dengan ragam kegiatan yang mencitrakan demikian. Karakter Aceh sebagai daerah otonomi khusus membuatnya leluasa menerapkan prinsip-prinsip yang dianut warga Aceh. Seperti, prinsip syariah yang berlaku khusus di wilayah Aceh.
Daerah operasi militer, rawan konflik, wilayah perang. Eits, nanti dulu. Itu sebelum terjadi perjanjian damai di Helsinki, Finlandia. Aceh sekarang mulai membangun peradaban kembali. Kepercayaan diri sebagai warga Islami mulai dikuatkan dengan ragam kegiatan yang mencitrakan demikian. Karakter Aceh sebagai daerah otonomi khusus membuatnya leluasa menerapkan prinsip-prinsip yang dianut warga Aceh. Seperti, prinsip syariah yang berlaku khusus di wilayah Aceh.
Dalam proses pembangunan kembali Aceh, Pekan Kebudayaan Aceh pun mendapatkan tempatnya kembali. Sesuai namanya, Pekan Kebudayaan Aceh adalah kegiatan budaya yang jadi ajang memperkenalkan budaya Aceh ke lokal dan internasional.
Seperti pekan kebudayaan lainnya, budaya lokal yang tergerus oleh zaman mesti diberi ruang untuk terus berkreasi. Mewarisi ke anak cucu penerus adalah hal vital untuk terus melestarikan budaya lokal. Tanpa ada ruang seperti Pekan Kebudayaan Aceh, mustahil kultur lokal bisa bertahan (survive) di tengah gempuran globalisasi.
Sejarah PKA
Pekan Kebudayaan Aceh adalah warisan pendahulu yang masih lestari. Sejak 1958, acara ini pertama kali digelar. Lalu, disusul pada 1972, 1988, 2004, dan terakhir 2009. Tujuan utamanya visioner yaitu merekatkan persatuan. Melalui budaya, diharapkan persatuan warga Aceh bisa mendapat titik temu. Selain itu, dampak positif lainnya adalah untuk memperkenalkan kebudayaan aceh yang beragam.
Apa saja acara yang berlangsung di Pekan Kebudayaan Aceh?
Dibuka Presiden
Pekan Kebudayaan Aceh terakhir kali dilangsungkan di Kota Banda Aceh pada 1-11 Agustus 2009. Kali itu, Presiden Susilo Bambang Yudhyono membuka acara secara langsung. Pekan Kebudayaan Aceh ke-5 tersebut juga diramaikan oleh 5 negara, yaitu China, Austria, Malaysia, Jerman, dan Korea Selatan.
Sebagai gambaran ramainya acara, ketika itu, panitia Pekan Kebudayaan Aceh telah menyebar 2000 undangan. Bisa terbayang, bagaimana meriahnya Pekan Kebudayaan Aceh.
Melalui acara ini, budaya aceh yang beragam diharapkan bisa terangkat ke panggung nasional maupun internasional sehingga Aceh bisa dilirik sebagai kota yang memiliki historis kultural tinggi. Yuk, kita mengintip Pekan Kebudayaan Aceh!
Seperti pekan kebudayaan lainnya, budaya lokal yang tergerus oleh zaman mesti diberi ruang untuk terus berkreasi. Mewarisi ke anak cucu penerus adalah hal vital untuk terus melestarikan budaya lokal. Tanpa ada ruang seperti Pekan Kebudayaan Aceh, mustahil kultur lokal bisa bertahan (survive) di tengah gempuran globalisasi.
Sejarah PKA
Pekan Kebudayaan Aceh adalah warisan pendahulu yang masih lestari. Sejak 1958, acara ini pertama kali digelar. Lalu, disusul pada 1972, 1988, 2004, dan terakhir 2009. Tujuan utamanya visioner yaitu merekatkan persatuan. Melalui budaya, diharapkan persatuan warga Aceh bisa mendapat titik temu. Selain itu, dampak positif lainnya adalah untuk memperkenalkan kebudayaan aceh yang beragam.
Apa saja acara yang berlangsung di Pekan Kebudayaan Aceh?
- Pameran. Pameran ini diisi oleh peserta Pekan Kebudayaan Aceh yang berjubel banyaknya. Ketika dulu mayoritas diisi oleh peserta lokal, sekarang peserta dari negara lain juga turut serta mengisi acara.
- Pawai budaya. Seperti pawai budaya pada umumnya, ajang memperkenalkan budaya dengan acara pawai.
- Anugerah budaya. Acara yang satu ini adalah penghargaan yang diberikan kepada tokoh yang dianggap berjasa dalam pengembangan budaya.
- Renungan malam budaya. Ruang untuk berintrospeksi, evaluasi, dan rencana aksi selanjutnya dalam pengembangan budaya.
- Pasar wisata dan seni, atraksi budaya, permainan rakyat, tour wisata, dan lain-lain.
Dibuka Presiden
Pekan Kebudayaan Aceh terakhir kali dilangsungkan di Kota Banda Aceh pada 1-11 Agustus 2009. Kali itu, Presiden Susilo Bambang Yudhyono membuka acara secara langsung. Pekan Kebudayaan Aceh ke-5 tersebut juga diramaikan oleh 5 negara, yaitu China, Austria, Malaysia, Jerman, dan Korea Selatan.
Sebagai gambaran ramainya acara, ketika itu, panitia Pekan Kebudayaan Aceh telah menyebar 2000 undangan. Bisa terbayang, bagaimana meriahnya Pekan Kebudayaan Aceh.
Melalui acara ini, budaya aceh yang beragam diharapkan bisa terangkat ke panggung nasional maupun internasional sehingga Aceh bisa dilirik sebagai kota yang memiliki historis kultural tinggi. Yuk, kita mengintip Pekan Kebudayaan Aceh!